ANSHARY METAMORFOSIS
Antara Islam dan Keperkasaan
assalaamu’alaikum wr. wb.
Islam yang sejati akan memberikan ‘warna keperkasaan’ pada siapa pun yang memeluknya. Inilah yang disebut sebagai shibghatallaah, yaitu shibghah (secara harfiah berarti “celupan”) terbaik yang sudah pasti akan memperlihatkan sosoknya dengan jelas dalam diri pemiliknya. Seorang Muslim sangatlah mudah dikenali. Biarpun kulitnya ada yang hitam, merah, putih, dan kuning, atau matanya ada yang sipit, bulat, juling, dan buta, jiwa yang sudah ter-shibghah akan memancarkan jatidirinya sebagai seorang Muslim, lebih daripada yang lain.
Buktinya sudah banyak.
Di Indonesia, ajaran sekularisme-pluralisme-liberalisme menyebar di perguruan tinggi agama seperti IAIN dan UIN. Namun ketika tokoh ‘fundamentalis’ sekaliber Syaikh Yusuf al-Qaradhawi datang berkunjung ke UIN Syarif Hidayatullah, tidak ada satupun diantara mereka yang berani muncul dan beradu argumen. Mereka selalu bilang menjunjung tinggi diskusi, diskusi dan diskusi, namun ternyata tak ada yang mengajak diskusi seorang syaikh (yang arti harfiahnya adalah “kakek”) yang datang dari negeri asalnya yang jauh.
Ketika sang Syaikh secara terang-terangan berkata bahwa tidak semua orang boleh berfatwa, mengapa tidak ada yang memprotes atas nama kebebasan berpendapat, atau ketidakbolehan mengajukan ‘klaim kebenaran’? Kemana perginya orang-orang yang berkata bahwa Imam Syafii bertanggung jawab penuh atas ‘kejumudan umat’? Kemana menghilangnya orang-orang yang berpendapat bahwa syariat Islam ‘versi Rasulullah saw.’ itu sudah tidak up-to-date dan mesti diamandemen? Yang jelas, mereka tidak pernah muncul di hadapan Syaikh Yusuf al-Qaradhawi. Beliau hanyalah seorang lelaki yang sudah mulai renta, namun shibghatallaah membuatnya nampak demikian perkasa.
Adakah kaum Zionis berani muncul di hadapan almarhum Syaikh Ahmad Yassin dan mengacungkan pistol? Padahal beliau adalah manusia biasa yang kemungkinan besar akan mati seketika jika sebutir peluru ditembakkan menembus kepala atau jantungnya. Akan tetapi, mereka membutuhkan sebuah rudal untuk menaklukkan orang tua yang lumpuh itu. Shibghatallaah membuat orang tua renta itu nampak bagaikan lelaki perkasa kebal peluru di hadapan musuh-musuh Allah, sehingga mereka merasa perlu menyerangnya sedemikian rupa.
Dan barangkali, kecuali jika memang alasannya adalah random attack, guestbook saya yang di-hack belum lama ini juga menjadi bukti bahwa blog yang isinya hanya sekedar tulisan, gambar, sedikit video dan rekaman suara, bisa nampak begitu membahayakan bagi sebagian orang. Mulai dari ID-ID asing tanpa headshot yang sering muncul dan menebar provokasi di beberapa artikel, sampai seorang ekstremis Kristen yang gonta-ganti ID untuk menebar fitnah dan kata-kata kotor, bahkan sampai seorang hacker pun merasa ‘terpanggil’ untuk menyudahi kiprah saya di Multiply.
Padahal saya ini cuma manusia yang biasa-biasa saja. Sungguh luar biasa melihat kekhawatiran mereka yang begitu besar, padahal mereka bisa saja membuat blog lain untuk melawan ‘propaganda’ dari blog saya ini (kalau memang dianggap berpropaganda).
Islam dan keperkasaan adalah dua hal yang tak terpisahkan, sebagaimana rasa takut selalu ada bersama permusuhan terhadap Allah SWT.
Tapi nyatanya, umat Islam masa kini banyak yang hidup dalam perasaan takut dan terintimidasi. Kalau ditanya siapa Tuhannya, sudah pasti mereka menjawab : “Allah!” Kalau ditanya siapa teladannya, nyaris pasti jawabannya kompak : “Muhammad saw.!!!” Akan tetapi, jika diselidiki gaya hidupnya, semuanya bermuara pada rasa takut. Bagus sekali jika takutnya kepada Allah. Sayang, tidak semuanya seperti itu.
Ada akhwat yang ingin sekali berjilbab, tapi hatinya dipenuhi rasa takut. Takut tidak akan dapat jodoh (padahal jodoh adalah keputusan Allah), takut karirnya tidak cemerlang (memang mentalnya ‘mental pegawai’ sih, bukan ‘mental entrepreneur’), dan takut tidak kelihatan cantik lagi (padahal yang penting itu adalah kelihatan cantik di mata suami).
Ada orang yang rindu pada penegakan syariat tapi takut dibilang ekstremis. Padahal yang melarangnya pun adalah ekstremis. Kalaupun sama-sama ekstremis, tapi pihak yang melarang syariat Islam adalah ekstremis yang berani bicara, sedangkan dirinya tidak lebih dari buih yang keberadaannya tak berarti, lantaran tak mau mengungkapkan isi hatinya.
Ada juga yang ingin mengemukakan fatwa ulama yang benar bahwa rokok itu memang sejatinya haram, tapi takut dikucilkan, karena di negeri ini, justru para ulama banyak yang memiliki saham di pabrik-pabrik rokok. Banyak yang merasa rejekinya tergantung dari industri rokok, dan banyak yang mengira bahwa negeri ini tidak punya komoditi lain yang bisa menghasilkan devisa sebanyak rokok.
Kita ini sering terintimidasi.
Remaja terintimidasi oleh syahwatnya sendiri. Mereka pikir, wajar jika anak muda tergoda untuk nyerempet-nyerempet sedikit. Lalu dicari-carilah pembenaran itu. Maklum, hormonnya sedang menggelegak. Maklum, masih belajar mengenali dunia yang luas ini. Maklum, masih mencari jati diri. Maklum, mumpung masih muda, terperosok sesekali tak mengapa. Maklum, orang tua dan gurunya juga dulu begitu. Maklum, namanya juga jaman edan.
Lalu para pengecut beralih pada logika “Masih untung...”
Masih untung cuma pacaran, bukan kawin lari. Masih untung cuma pegang-pegang tangan, bukan yang lain. Masih untung cuma pegang-pegang, bukan kecup sana-sini. Masih untung cuma di ruang tamu, belum di tempat tidur. Masih untung pakai pengaman, jadi bebas HIV (katanya sih). Masih untung bertanggung jawab, tidak minta aborsi. Masih untung nikah baik-baik, walaupun didahului dengan ‘kecelakaan’.
Semuanya bermuara pada perasaan terintimidasi. Khawatir kalau mengikuti aturan yang benar akan dicap kampungan. Khawatir kalau tidak ikut trend maka akan disebut ndeso. Akhirnya banyak yang terintimidasi oleh orang-orang yang terlanjur menyerah pada godaan, bahkan akhirnya terintimidasi oleh godaan itu sendiri. Jadilah kita umat pengecut yang tidak punya kreatifitas untuk melawan bisik-bisikan syaitan yang menanamkan perasaan waswas dalam dada manusia. Seribu satu pertimbangan kalau ingin menuju kebaikan, tapi herannya begitu mudah melangkah dalam kesesatan.
Kalau sudah begini, lupakanlah predikat khairu ummah !
...........INDAH,,,,,,,,,,,,,,,,,, ^_^,
ketika manusia dibutakan oleh kekayaan
ketika manusia dibutakan oleh jabatan
hanya Illahi yang memberi peringatan
dengan diberikannya berbagai cobaan
ketika manusia terjerumus dalam kemaksiatan
ketika manusia masuk kelubang kenistaan
hanya Illahi yang memberi kesempatan
untuk melakukan pertaubatan
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, ^_^ ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Minggu, 06 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar